KENALKAN ALLAH DULU BARU SYARIAT

Mesti mengenal Allah melalui ilmu . Cuba kita lihat sejarah Rasulullah SAW yang berjuang sebanyak 23 tahun, perjuangannya terbagi 2:

1. Memperjuangkan Allah selama 13 tahun.

2. Memperjuangkan syariat Allah selama 10 tahun.

Padahal Allah satu, sedangkan syariat Allah beribu banyaknya tapi masa yang diambil untuk memperjuangkan Tuhan lebih banyak. Sebab, apa arti berjuang bila tidak cinta Allah, apa erti solatt, bila tidak cinta Allah. Apa erti menolong orang tua bila tidak cinta Allah. Padahal sayang lebih besar dari menolong. Sayang lebih besar daripada patuh.Sebab itu kalau solat, puasa, naik haji dll. akan ditolak kalau dibuat tanpa cinta Allah. Apa ertinya bersyariat kalau tidak kenal Allah dan kalau tidak ada hubungan dengn Allah. Padahal syariat adalah yang menghubungkan dengan Allah. Disinilah kesalahan kebanyakan ulama, para mubaligh dan para pejuang, lebih banyak menceritakan tentang halal, haram. Masih banyak lagi masyarakat yang tidak solat dan tidak faham tentang Allah, tiba-tiba mereka hendak menegakkan hukum hudud. Sedangkan hudud ini dalam Islam kedudukannya diujung.

Akibatnya orang takut dengan Islam. dia belum lagi suka dengan solatt, tiba-tiba dikenalkan dengan potong tangan. Sebab itu orang takut.Kerana itu kenalkan dulu Allah baru Syariat. Kalau sudah cinta dengan Allah, jangankan solat, nyawa pun dia berikan. Inilah masalah umat Islam seluruh dunia. Banyak pejuang Islam di seluruh dunia, mengenalkan Islam dengan peperangan. Padahal Allah mengutus Rasulullah SAW untuk Islamkan orang, bukan untuk membunuh orang. Rasulullah SAW datang dengan kasih sayang, bukan membawa kebengisan.Yang sebenarnya lebih baik pendekatan kita adalah untuk mengenalkan dan memberi kefahaman tentang takut dan cinta dengan Allah. Hari ini pendekatan para ulama, para pendakwah, pejuang-pejuang, pendekatannya lebih banyak menceritakan syaraiat daripada menceritakan Allah.

Bila syariat banyak diceritakan, tentang Allah hanya sedikit saja, maka kalau ada orang yang dapat menegakkan syariat tapi syariat hanya menjadi ideologi. Akibatnya walaupun banyak solat, naik haji berulang kali tapi perangai tidak berubah. Mengapa solat tidak melahirkan akhlak mulia? Mengapa berjuang tidak melahirkan akhlak mulia? Pergi umrah, naik haji, belajar, baca quran, tidak melahirkan akhlak mulia? Mengapa tidak lahir? Sebab orang beribadah bukan kerana mencintai Allah. Dia beribadah dan bersyariat tapi terputus dengan Allah, sebab itu beribadah dengan terpaksa.Setelah kejatuhan empire Islam 700 tahun, orang hanya mengenalkan syariat saja. Tuhan tidak dikenalkan lagi. Kalaupun hendak mengenalkan Allah, hanya mengenalkan saja, tidak sampai rasa cinta, tidak sampai rasa takut, ini penyebabnya. Bahkan orang yang tidak kenal Allah, ketika beribadah jemu, maka untuk apa bersyariat.Sedangkan kalau kita buat kerja untuk orang yang kita kasihi, tidak kenal letih, rasa senang. Susah pun tidak mengapa. Tapi kalau bekerja untuk orang yang bukan kita kasihi, betapa tersiksa. Seperti kita buat kerja di pejabat, kita tidak suka dengan boss, betapa siksanya, hendak datang ke pejabat.

Tapi kalau kita sayang dengan boss, kita buat kerja tak kenal letih. Begitulah kalau sudah kasih, menjalankan arahannya kita rasa senang, sedekah rasa senang, puasa, solatt rasa senang. Kalau kita tidak sayang, maka solat pun tidak terasa indah, tidak rasa senang, sebab tidak kenal dengan Allah, TIDAK KENAL dengan yang PUNYA SYARIAT, itu penyakitnya.Kalau kita sayang dengan orang tua, maka kita tidak tunggu dia hendak beri makan/tidak, apakah dia akan memberi pakaian atau tidak, kita tetap rasa senang. Tetapi kalau kita tidak sayang dengan Allah, bila doa kita tidak dikabulkan, kita marah dengan Allah. Kita dapat melihat dalam keluarga, anak yang baik, walaupun orang tua tidak memberi, dia tak marah, tapi anak yang jahat, orang tua tidak memberi, dia marah.Hamba yang baik, Allah tidak memberi, tidak apa-apa. Bagi dia, itu bukan satu masalah. Aku ingin berkhidmat dengan Allah. Kalau orang yang tak baik, ketika doanya tidak dikabulkan dia protes dengan Allah. Yang sebenarnya kalau orang faham tentang Allah, maka yang lazat itu bukan ketika Dia memberi sesuatu, tapi berkhidmat dengan Allah itu yang lazat. Dapat kelazatan berkhidmat itu satu nikmat yang besar.

Tapi itu tidak mudah, mesti betul-betul kenal dengan Allah. Kalau sekedar beriman saja, tidak akan mencapai taraf itu. SEKADAR IMAN YANG SAH SAJA, BARU SAMPAI TAHAP ASAS. Dari kecil sampai besar iman sampai tahap asas saja, walaupun solatnya banyak, wiridnya banyak, tapi iman tidak berkembang. Sebab itu akhirnya jemu dengan ibadah. Lebih-lebih lagi kalau Allah uji, hati pun berkata aku sudah solat, sudah puasa, sudah wirid banyak, tapi Allah masih menguji.Sebab itu para malaikat, walaupun ibadah tidak banyak, hanya satu saja tapi ibadahnya terasa lazat, mabuk, sebab dia kenal Allah. Walaupun ibadahnya hanya tasbih saja, tahmid saja tapi terasa lazat. Kalau sujud, sujud saja dia terasa lazat. Malaikat itu hanya satu saja ibadahnya, dia sudah terasa lazat dengan ibadahnya itu, tidak jemu.Begitu juga dengan Nabi Adam as, ketika dia berbuat kesalahan, dia rasa menyesal dan sujud selama 40 tahun, dia tak sedar sebab dia sudah terasa lazat dengan sujud itu.Kerana itu kalaulah kita dapat merasakan sebagaimana yang Allah firmankan, Allah bersama dengan hamba-NYa, di mana saja berada. Maka di mana-mana kita merasakan Allah melihat, Allah mendengar, dimana saja. Tentu kita tidak akan terganggu dengan hal-hal lain.Kalaulah kita ibaratkan ada harimau di depan kita, kita sedar di depan kita itu betul-betul harimau, dapatkah saat itu kita teringat makan, teringat isteri, teringat ingin ke pasar dll. Tentu tidak dapat. Begitulah juga dengan Allah, kalau kita merasa Allah itu wujud, mendengar, melihat, maka apa saja tidak akan menganggu kita, seperti wang, pangkat, kekayaan, dll.Sebab itu roh mesti kita hidupkan selalu dengan Allah. Rasa bertuhan itu sangat penting, bukan hanya sekadar percaya saja dengan Allah.

[sumber: Blogger fb]

No comments:

Post a Comment