(25) Hidup ini adalah perjuangan. Orang sukses, dia bersikap seperti prajurit yang hendak terjun ke medan perang. Orang gagal, dia bersikap seperti prajurit yang sedang memunguti harta rampasan perang, sambil berjingkrak-jingkrak kegirangan.
[[Catatan: Orang sukses selalu ingin memberi, orang gagal selalu meminta. Orang sukses mau bersabar, orang gagal tidak tahan menderita. Orang sukses tersenyum saat bahagia, orang gagal tertawa terbahak-bahak saat mendapat kesenangan. Orang sukses bersikap teguh saat menghadapi ujian, orang gagal menangis menjerit-jerit saat menghadapi masalah. Orang sukses berani menghadapi musuh, orang gagal lari paling duluan sebelum yang lain. Orang sukses mengukur usaha sebagai proses, orang gagal mengukur sebagai hasil. Orang sukses memahami makna "angka nol", orang gagal selalu terobsesi dengan "poin 100". Begitu jelas beda antara orang sukses dengan orang gagal. Tapi di jaman modern, orang gagal lebih pintar memoles penampilan, sehingga manusia banyak berkerumun di sekitarnya. Sementara orang sukses susah diajak kompromi dalam soal penampilan, sebab hal itu memang bukan ukuran. Seperti sudah dikatakan, "Hidup adalah perjuangan." Iya kan]].
(24) Setiap manusia sanggup berkorban. Jika seseorang tidak berkorban untuk agamanya, tentu dia akan berkorban untuk selainnya.
[[Catatan: Itu pasti, seseorang akan berkorban, untuk siapapun. Ada yang berkorban untuk kekasihnya, anak-isterinya, sahabat-sahabatnya, kedua orangtuanya, kakak-adiknya, kelompoknya, klub-nya, dan sebagainya. Jika kita tidak berkorban kepada agama, pasti akan berkorban kepada yang lain. Mininal berkorban untuk diri sendiri. Pada akhirnya nanti, akan tampak seberapa besar pengorbanan seseorang. Dan itulah yang dihargai di Akhirat nanti. Kalau pengorbanannya paling besar untuk isterinya, kelak "pahalanya" akan sampai ke isterinya. Kalau pengorbanan besar untuk "game komputer"-nya, nanti pahalanya juga untuknya. Dan seterusnya. Kita harus memiliki reputasi pengorbanan untuk agama ini, lalu berharap Allah akan menolong kita saat berkorban untuk isteri, anak-anak, orangtua, keluarga, para shahabat, komunitas, dan sebagainya. Tolonglah agamamu, agar Allah menolong kehidupanmu dan siapapun yang engkau ridhai!!!]].
(23) Jadilah pengikut kebenaran, dan jangan berharap kebenaran akan mengikuti diri Anda.
[[Catatan: Kebenaran itu memiliki tabiatnya sendiri. Ia seperti rel yang terbentang lurus, menuju suatu titik (keridhaan Allah). Sedangkan kita adalah para penumpang kereta yang akan melintasi rel tersebut. Jangan pernah bermimpi, kita akan mampu menentukan arah rel, mengubah-ubah haluan, atau membentuk rute sendiri. Kita ini dilahirkan ketika rel sudah jadi, sudah ada, lurus memanjang. Jadi, dalam hidup ini, ikutilah rel yang lurus itu, ikutilah kebenaran. Jangan pernah bermimpi, rel itu akan mengikuti cara Anda berjalan. Dan jangan pula bermimpi (yang lebih parah), Anda akan membentuk rel sendiri, sesuai selera Anda. Saudaraku, bersegeralah mengikuti kebenaran, jangan memaksakan agar kebenaran mengikuti langkah-langkah kaki Anda]].
(22) Sebagian orang merasa dirinya “sangat berjasa” pada Islam. Padahal sejatinya, Islam-lah yang telah berjasa mengangkat dirinya menjadi mulia.
[[Catatan: Seringkali muncul kesombongan dalam hati kita. Ketika seseorang telah mengerahkan tenaga maksimal, pikiran diperas, keringat berlelehan, di jalan Allah. Di suatu titik, dia tergoda untuk "menilai" amal-amal yang telah dia lakukan. "Oh, betapa besar jasaku. Tanpa pengorbananku, Islam tidak akan maju seperti ini. Ya Allah, terimakasih Engkau telah memilihku menjadi orang penting. Tanpa tanganku, ideku, perjuanganku, mustahil Ummat Islam ini akan maju seperti ini." Betapa, dalam perjuangan ini, posisi kita hanya penyedia kavling belaka. Kita menyediakan tempat, menyediakan fasilitas, menyediakan peralatan, lalu Allah membangun di atas kavling itu kebaikan-kebaikan amal. Amal itu sendiri akhirnya untuk kita, baiknya untuk kita, pahalanya juga untuk kita. Padahal kita ini hanya "penyedia kavling" belaka. Allah-lah yang menolong kita beramal-amal baik yang diridhai-Nya. Tidak pantas ada kesombongan dalam amal. Bukan kita yang mulia, tetapi Islam-lah yang membuat kita mulia. Andaikan bukan karena Islam yang kita bela, tentulah kita akan hina, atau akan menjadi manusia-manusia bingung yang menyembah hedonisme untuk menyenangkan diri yang gelisah]].
(21) Siapakah manusia yang ditinggalkan? Siapakah dia? Apakah dia manusia yang kesepian, tidak memiliki teman, hidup di pedalaman, tersisih dari pergaulan, diabaikan manusia? Tidak, wahai saudaraku. Manusia yang ditinggalkan adalah mereka yang sibuk dengan urusannya sendiri, lalu dia mengabaikan urusan Islam, kemudian Allah pun meninggalkan dirinya.
[[Catatan: Alangkah malangnya manusia yang tidak diberi jalan untuk menolong agama Allah. Dia memiliki harta, tapi sangat berat mengeluarkan infak. Dia memiliki gedung-gedung, rumah-rumah megah, fasilitas luar biasa, tetapi disana sama sekali tidak pernah terdengar agama Allah ditolong di dalamnya. Dia memiliki pangkat tinggi, jabatan tinggi, karier bagus, profesi mengagumkan, tetapi sayang semua itu sama sekali tidak dibutuhkan oleh Allah untuk menolong agama-Nya. Allah tidak meminta bantuan dia untuk menolong agama-Nya. Begitu pula, dia memiliki ilmu tinggi, memiliki skill profesional, memiliki wawasan luas, memiliki jaringan luas, tetapi sayang Allah tidak butuh dengan apa yang dia miliki. Akhi wa Ukhti, dekatilah Allah dengan apapun yang mengundang ridha-Nya. Jangan sampai engkau ditinggalkan oleh-Nya, tidak disertakan dalam perjuangan agama-Nya]].
(20) Orang berilmu, dia tahu definisi kehidupan dan sifat-sifatnya. Orang pintar, dia bisa membedakan kehidupan dan kematian. Orang cerdas, dia bisa memilah mana yang penting dan mana yang lebih penting. Adapun orang yang bijak, dia memahami bahwa ‘setiap awal pasti ada akhirnya’, ‘setiap pangkal pasti ada ujungnya’. Lalu dimana posisi kita?
[[Catatan: Jadilah salah satu dari posisi-posisi kebaikan. Jadilah orang berilmu yang beramal dengan ilmunya. Jadilah orang beramal yang bisa membedakan amal penting dan amal yang bisa ditunda. Jadilah orang yang istiqamah dalam amal kebaikan. Dan akhirnya, jadilah manusia yang banyak berbekal untuk menuju kepada-Nya. Bagaimanapun, dimanapun, apapun posisi kita, kematian akan menghampiri, lambat atau cepat. Berbekal-bekallah menyambut hari yang tak terduga]].
(19) Banyak anak-anak muda bersikap angkuh dengan segala kebebasan yang dimilikinya. Kebut-kebutan, maniak musik rock, memakai simbol-simbol setan, hobi pornografi, berkata-kata mesum, jadi suporter ‘bonek’, terlibat seks bebas, minuman keras, narkoba, dsb. Mereka menyangka, semua itu adalah “hakikat kehidupan sejati”. Padahal mereka hanya tertipu.
[[Catatan: Usia manusia bertambah. Tidak mungkin manusia akan muda selamanya. Lambat atau cepat, seseorang akan menjadi tua. Ketika banyak anak muda menghabiskan waktunya dalam kebebasan ekspressi tanpa kendali, pada dasarnya mereka hanya mempersiapkan "PENJARA" untuk masa depannya sendiri. Mereka akan terkurung dalam penjara kehidupan, penuh kesempitan, penuh konflik, diremehkan, bahkan diabaikan. Mengapa? Sebab mereka telah "menghabiskan madunya" saat masih muda. Maka nasehati saudara-saudaramu, agar tidak terjebak dalam penjara yang akan mengurung diri mereka sendiri, di kemudian hari]].
No comments:
Post a Comment