Tinta 3: Ukhwah Islamiah & Perjalanan Dakwah


Ilmu secara teorinya tidak akan mencapai tingkatan kesempurnaan selama mana tidak ditimbang dengan akal.

Imam Syafi'ie pernah ditanya apakah kemampuan akal itu merupakan potensi yang dibawa sejak dari kelahiran?

Beliau menjawab :"Tidak, tapi akal itu adalah hasil dari pergaulan dengan ramai orang dan berdiskusi dengan mereka."

Berkata Ibnu Abbas ra :"Mengunyah garam dalam sebuah jamaah masih lebih baik daripada memakan manisan dalam perpecahan."

Ada persiapan yang mesti dilakukan agar seseorang dapat memiliki kesediaan untuk melontarkan pendapat dan menerima kritikan dengan baik.

Menurut Imam Al Mawardi dalam kitabnya `Adabu dunya wa din' :

"Yang paling utama adalah kesediaan meringankan beban saudara kita.

Kenapa?

Ini adalah kerana, bagaimana seseorang mahu mendengar dan menyahut dengan baik jika ia masih memiliki beban yang menghantui dirinya.



Oleh yang demikian, untuk menjalin ukhuwah yang tulus, seseorang mesti memiliki keyakinan dahulu akan kasih sayang sahabatnya.

Permulaan haknya adalah meyakini kasih sayangnya, kemudian :
~ Menjalin persahabatan dengannya dengan memberi keluasan padanya pada selain yang haram.
~ Menasihatinya baik secara sembunyi atau terang terangan.
~ Meringankan bebannya.
~ Menolongnya dari apa yang menimpa dirinya.

Sesungguhnya menemaninya secara zahir semata-mata adalah kecurangan dan meninggalkannya dalam kesulitan dan kesusahan adalah penghinaan."

Demikianlah kedudukan nasihat dari orang yang menasihati.

Apabila hati bersih, maka ia akan semakin bersedia menerima nasihat dan mendengarkan nasihat namun apabila hati ternoda dan terkesan dengan berbagai masaalah seperti kesibukan, kesakitan, keletihan, kecintaan kepada dunia, kepentingan diri dan sebagainya, maka semua itu akan menghalangi seseorang untuk mendengar dengan teliti.

Kemesraan ukhuwah di jalan Allah dibangunkan di atas empat (4) perkara :
Saling kenal mengenal (ta'aruf).
Saling memahami (tafahum).
Saling tolong menolong (ta’awun)
Saling berkongsi beban (takaful).
Keempat-empatnya merupakan tiang ukhuwah yang tidak boleh luput dari roda perjalanan dakwah.

“Tak kenal maka tak cinta adalah sebuah peribahasa yang sudah akrab di telinga kita.
Ta’aruf antara ahli rombongan musafir dakwah merupakan tiang utama yang mesti ditegakkan terlebih dahulu dalam membangun persaudaraan.
`Ta'aruf' bermula dari pengenalan secara fizikal, karakter, kadar keseriusan dalam bertaqarrub kepada Allah dan perkara-perkara lahiriyah lainnya.

Rasulullah saw bersabda :

"Seorang mukmin itu makhluk yang cepat mesra, maka tidak ada kebaikan pada orang yang tidak cepat mesra dan tidak boleh dimesrai." (HR Ahmad dan Thabrani)

`Ta'aruf'`yang baik dan mendalam diharapkan akan :
Mengurangkan kekeringan dan keretakan hubungan sesama muslim.
Membuatkan hati menjadi lembut serta mampu melenyapkan bibit perpecahan.
Timbulnya rasa persaudaraan yang kokoh.
Berseminya rasa kasih sayang yang mendalam antara penggerak dakwah.  
Munculnya rasa tanggung jawab yang besar
Menjadikan setiap aktivis dakwah memiliki jiwa besar untuk bersedia menerima dan memberi kepada sesama saudaranya.
[sumber: tintaperjalananku.blogspot.com]

No comments:

Post a Comment